[PART 1 Lombok Edition] Seminggu Liburan di Lombok, Enaknya Kemana Ya?
Menelusuri Pulau Lombok Dalam Seminggu
Berfoto di Desa Adat Sade |
Hari Pertama
Mereka bertiga tiba di Kota Mataram siang hari setelah menaiki Kapal Dharma Rucitra 8 selama kurang lebih 20 jam. Walaupun sempat delay karena cuaca buruk selama hampir 12 jam, tidak mengurungkan semangat mereka untuk berlibur di Lombok. Biasanya sih, gak selama itu kok kalau delay, cuma kemarin sedang jelek-jeleknya cuaca, bahkan pelabuhan di Bali saja sempat ditutup.
Hari pertama dihabiskan untuk beberes dan beristirahat setelah perjalanan panjang. Baru pada sore harinya, kami mengunjungi Lesehan Sukma Rasa II yang terletak persis bersebelahan dengan Pantai Loang Baloq. Tempat duduknya bentuk berugak-berugak kecil. Oh iya berugak adalah bangunan khas Suku Sasak berupa panggung terbuka dengan empat atau enam tiang beratap berbentuk lumbung, mungkin kalau di Jawa seperti gazebo. Begitu masuk ke dalam, pramusaji langsung menyambut dan mengarahkan kami ke berugak yang kosong.
Paket Murmer 4 Orang |
Menu yang ditawarkan adalah masakan khas sasak dengan cita rasa cukup pedas. Kami memilih Paket Murmer 4 yang terdiri dari nasi putih, ayam beberok, ikan beberok, ayam bakar, ikan bakar, sayur lebui, pelecing kangkung, olah-olah, dan air mineral. Dan untuk tambahan minumnya Es Jeruk. Untung saja, semua menunya cocok di lidah para turis jawa ini, yaa walaupun sambil kepedesan, lauk dan nasinya berhasil kami habiskan. Favorit kami yaitu ikan beberoknya, beuhh mantab sekali. Sungguh kuliner yang tepat untuk mengawali liburan.
Hari Kedua
Hari kedua kami gunakan untuk mengunjungi daerah Lombok Tengah. Yaa berhubung masih awal nih, mau langsung ke tempat yang sedang ikonik-ikoniknya yaitu Sirkuit Mandalika. Kami berangkat pagi hari dari Mataram agar tidak terlalu panas nantinya di perjalanan.
Desa Adat Sade
Tiba di Desa Sade |
Setelah menempuh perjalanan dengan mobil selama kurang lebih 1 jam, kami tiba di tujuan pertama kami, Desa Sade. Desa Adat Suku Sasak yang masih mempertahankan budayanya dalam kehidupan sehari-hari. Desa Sade terletak di Kecamatan Pujut, Lombok Tengah. Desa ini memiliki luas sekitar 5,5 Ha yang berisikan 150 rumah beserta kepala keluarga.
Begitu masuk, kami disambut oleh penduduk setempat yang nantinya menjadi tour guide kami. Banyak pengunjung yang berdatangan, baik dari wisatawan lokal maupun turis mancanegara. Untuk biaya masuk dan juga guide seikhlasnya saja per rombongan dan akan digunakan untuk membantu biaya operasional di Desa Sade.
Kami diarahkan untuk duduk terlebih dahulu di Berugak Sekenam sambil mendengarkan guide bercerita mengenai serba-serbi Desa Sade. Cukup informatif dan menambah wawasan kami sebelum berkeliling desa. Mata pencaharian utama penduduk desa adalah bertani dan menenun kain. Di sepanjang perjalanan menelusuri desa, kalian akan banyak menemui penduduk menjajakan kain hasil tenunnya dan beragam kerajinan tangan lainnya. Hal menarik pertama adalah setiap perempuan di Desa Sade wajibun bisa menenun, bahkan dijadikan sebagai syarat untuk menikah.
Rumah-rumah di Desa Sade masih tradisional, menggunakan alang-alang kering sebagai atapnya dan anyaman bambu sebagai dindingnya. Saat memasuki rumah, kepala harus sedikit menunduk, karena atapnya yang rendah dan juga sebagai simbol menghormati. Setiap rumah terdiri dari 2 ruangan. Ruangan pertama untuk menyimpan barang, menerima tamu, dan tidur. Sementara ruangan kedua difungsikan sebagai dapur. Hal menarik selanjutnya adalah keunikan penggunaan kotoran kerbau atau sapi untuk mengepel rumah. Tujuannya supaya lantai bersih dari debu serta menguatkan lantai. Rumah ini nantinya akan diwariskan kepada anak bungsu laki-laki.
Tak lupa kami juga diarahkan menuju spot pohon cinta. Penduduk desa memiliki tradisi kawin-culik, dimana pemuda desa yang sudah siap menikah akan menculik pujaan hatinya. Nah, pohon cinta inilah tempat bertemunya laki-laki dan perempuan itu sebelum diculik. Konon katanya kalau berfoto disini, yang berpasangan akan langgeng. Sementara yang jomblo seperti kami ini akan segera mendapatkan jodoh. Yaa doakan saja kami segera bertemu jodoh gak diPHPin mulu haha, malah curcol. Setelah puas berfoto dan membeli beberapa pernak-pernik sebagai oleh-oleh, kami beranjak ke destinasi selanjutnya.
Sirkuit Mandalika
Hari beranjak siang, kami beralih menuju Sirkuit Mandalika. Begitu tiba, kami disambut oleh patung Pak Jokowi yang mengendarai motor. Cuaca sangat terik, aku sarankan kalau mau berfoto di depan Sirkuit siang-siang, kalian membawa kacamata hitam dan topi. Panasnya bukan main soalnya. Oh iya, untuk biaya, kalian hanya perlu mengeluarkan uang untuk parkir saja sebesar Rp15.000,00.
View Sirkuit Mandalika dari Bukit Seger |
Pantai Kuta
Pantai Kuta Mandalika |
Ya, tidak hanya Bali yang punya Pantai Kuta, Lombok pun juga punya. Dan tentunya tidak kalah bagusnya. Putih bersih nya pasir pantai yang cantik berpadu dengan birunya lautan dan langit. Sungguh pemandangan yang memanjakan mata. Untuk mengunjungi pantai ini, kalian hanya perlu membayar parkir mobil saja sebesar Rp15.000,00.
Karena saat itu tidak weekend, pantai cukup sepi dan tenang. Tapi, tetap ada beberapa wisatawan lokal dan mancanegara yang juga sedang berkunjung. Pantai ini cocok dikunjungi bersama keluarga ataupun teman. Kalian bisa berenang di pantai ataupun mencoba wahana watersport. Ada juga penyewaan scooter untuk berkeliling di sekitar Pantai.
Kami menepi di bawah pohon sambil ngemil jajan yang telah kami siapkan sebelumnya. Sambil mengobrol dan membuat konten bersama. Walaupun tidak berenang, kami cukup menikmati pemandangan yang disajikan. Dijamin kalau kesini pasti kalian akan mendapatkan foto yang bagus. Bagi yang tidak ingin membawa bekal, jangan khawatir disana banyak pedagang yang berjualan makanan. Setelah puas ngonten dan berfoto, kami memesan pop mie untuk mengganjal perut.
Sekian, terima kasih sudah menyimak perjalanan kami sampai akhir. Nanti akan aku lanjutkan perjalanan setelah ini di artikel selanjutnya 💓💓💓
Bukit Merese
View dari Bukit Merese |
Selanjutnya, kami mampir sholat terlebih dahulu di Masjid Nurul Bilad yang terletak tidak jauh dari Pantai Kuta. Baru kemudian kami melanjutkan perjalanan ke Bukit Merese untuk melihat sunset. Sama seperti spot wisata lainnya, kami hanya membayar parkir saja sebesar Rp10.000,00 untuk 1 mobil. Kami parkir di atas agar bisa langsung ke bukitnya.
Saat itu musim kemarau, sehingga bukit tidak berwarna hijau, akan tetapi tetap saja indah untuk dinikmati. Angin bertiup cukup kencang, akan lebih nyaman menggunakan pakaian yang tidak mudah terbang, bagi yang berjilbab mungkin bisa mengenakan jilbab yang berbahan agak berat, agar bisa berfoto dengan tenang. Untuk mendaki ke bukit tidak membutuhkan waktu lama kok, sebentar saja, jadi tidak akan terlalu lelah nantinya.
Kerbau-kerbau melintasi sepanjang bukit, menjadi salah satu objek yang harus di Bukit Merese ini. Pemandangan di atas bukit lurs biasa indahnya, apalagi memasuki waktu sunset, semburat jingga cahaya matahari menambah eloknya suasana. Sayang saat itu bateraiku low bat sehingga tidak bisa digunakan untuk menangkap momen tersebut. Yang kurang kami sukai hanyalah banyaknya anjing yang mengikuti kami, mungkin tertarik dengan bau cilok yang kami bawa 😓
Selepas puas menikmati senja dengan bermain di Bukit Merese, kami pun pulang. Sempat mampir dahulu di Nasi Balap Puyung Inaq Esun di pusatnya yaitu di Daerah Puyung, searah dengan perjalanan pulang kami. Dengan Nasi Balap seharga Rp23.000,00 dan Es Jeruk Rp8.000,00 lapar kami tertunaikan. Kami memesan nasi balap yang sedang saja, di antara level pedas dan super pedas yang disediakan, karena takut sakit perut. Untuk menu sedangnya cocok sekali di lidah kami. Oh iya, aku ceritakan sedikit asal mula penyebutan nasi balap. Untuk Puyung sendiri adalah asal daerahnya. Sementara untuk nama 'balap', Inaq Esun memiliki cucu seorang pembalap, setiap cucunya menang balapan ia selalu mentraktir teman-temannya untuk makan nasi di warung neneknya. Oleh sebab itu, maka jadilah nama Nasi Balap Puyung Inaq Esun. Nasi Balap biasanya terdiri dari nasi, suwiran ayam pedas, suwiran ayam kriuk, dan kedelai goreng. Hidangan yang tepat untuk menemani akhir wisata kami hari itu.
Komentar
Posting Komentar