Alur Kehidupan

 Alur Kehidupan

Sumber : Pexels

Di tengah banyaknya undangan pernikahan dari beragam grup Whatsapp, buka instagram liat postingan teman sebaya bersama relasi kerennya, dan story mereka yang merayakan kesuksesan. Ga dipungkiri ada perasaan menyebalkan yang hadir berjudul iri. Wah apalagi kalau lihat yang hidupnya keliatan lancar muluuu, lulus kuliah tepat waktu, dapat kerja di perusahaan bergengsi, ketemu jodoh, nikah, punya anakkk. Bisa iri berkali-kali lipat ituuuu. 

Perasaan iri pun termanifestasi dalam bentuk pemikiran seperti ini:

"Kok hidupku stuck disini aja yaa, ga ndang bergerak ke tahap selanjutnya"

"Ini roda hidupku lagi macet deh, kok ga sama seperti rodanya orang lain yang muter ke atas"

"Alah taun ini keknya ga bakal jadi taunku deh"

Untuk menghalau semua pikiran negatif itu, aku mencoba untuk menyibukkan pikiranku dengan hal lainnya. Namun apa daya pikiran itu menyelusup di waktu senggang terutama menuju tengah malam saat pikiran sedang liarnya berlari.

Jujur itu sangat mengganggu, aku jadi sering meragukan diri sendiri. Aku selalu ngerasa gak pantas buat apapun dan siapapun. Ditambah lagi aku menjauhi mereka yang senang berbagi, padahal mereka gak salah, bisa jadi mereka hanya mengabadikan momen penting dalam hidupnya bukannya berniat pamer. Pokoknya energi negatiflah yang banyak hadir akhir-akhir ini. 

Sampai suatu saat, ada perasaan hangat yang tiba-tiba hadir dalam hatiku selepas mantengin story salah satu teman. Ia mengambil keputusan besar pada awal tahun ini tuk melangkah ke jenjang selanjutnya. Aku berhasil menangkap energi positif yang hadir dalam setiap story yang ia bagikan. Bisa dibilang seolah tahun 2023 ini adalah tahun miliknya. Aku cukup tau hidupnya sebelum ini seperti apa. Walaupun hanya melihat via media sosial tapi aku paham bahwa ia menunggu bertahun-tahun untuk mendapatkan kebahagiaan yang ternyata baru hadir di tahun ini. 

Aku menyadari rasa hangat ini hadir karena aku berhasil mendapatkan hikmah dari cerita hidup temanku tadi. Ibarat nyala api lilin kecil di kegelapan malam, ada sedikit harapan yang mengalir ke dalam tubuhku. Dia butuh waktu yang sangat lama untuk sampai pada kebahagiaannya. Lantas aku yang baru menunggu sebentar ini sudah banyak maunya. Akupun kembali mencoba untuk percaya bahwa hal-hal indah itu pasti juga akan hadir dalam hidupku entah kapan waktunya. Selama aku terus bertahan, bersabar, dan menjalani hidupku dengan sebaik-baiknya. 

Lalu, apakah rasa percayaku itu senantiasa hadir sampai aku menjadi pribadi yang lebih positif. Oh tentu saja tidak, ada kalanya aku kambuh lagi. Aku kembali mengurung diri sembari meratapi nasib. Ya begitulah kehidupan, ia terangkai dari beragam proses yang menjalin suatu kisah. Emosinya pasti banyak, jatuh bangun itu hal biasa. Kebahagiaan pun bukan suatu tujuan yang layak ditetapkan, karena qodratnya yang akan terus bergantian dengan kesedihan.

Tapi ada satu prinsip yang aku pegang dalam tajuk mengendalikan rasa iri kepada orang lain. Prinsip ini aku dapatkan setelah membaca novel Penaka karya Kak Altami. Yaitu ketika aku mulai merasa iri itu tandanya 2:
  • Aku tidak benar-benar mengenal orang itu sampai aku tidak tau apa saja kesulitan yang ia hadapi sebelum mencapai kesuksesannya,
  • Orang ini sangatlah pintar dalam menyembunyikan permasalahnnya. Saking pintarnya sampai aku gatau semua dukanya.
Ulasan novel penaka dapat dibaca disini

Setelah mengamalkan prinsip ini, hatiku jadi lebih lapang. Toh yang pernah berjuang melawan semua perasaan iri ini, pasti bukan aku doang, banyak kok yang mengalami hal yang sama. Lagipula setelah dipikir-pikir nikmat yang hadir kepadaku itu luar biasa besarnya. Ketimbang terus-terusan terpuruk dengan rasa iri, lebih baik aku memperkuat syukurku dan memaksimalkan setiap potensi yang aku punya.

"Karena hidup yang paling baik adalah hidup yang penuh syukur"







Komentar

Postingan Populer